KAJIAN PSIKOLINGUISTIK TERHADAP PENYANDANG STUTTERING (STUDI KASUS: DN)

ABSTRAK
Mardiyah, Ana Ngainatul. 2021. Kajian Psikolinguistik Terhadap Penyandang
Stuttering (Studi Kasus : DN). Porgram Studi Tadris Bahasa
Indonesia, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Institut Agama Islam
Darussalam, Pembimbing: Siti Nur Afifatul Hikmah, M. Pd.
Kata kunci: psikolinguistik, stuttering, penyebab, gejala, dan cara mengobatinya.
Psikolinguistik merupakan ilmu yang membahas hubungan antara otak
manusia dengan bahasa, dimana otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa.
Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran yang
berupa kalimat-kalimat. Psikolinguistik juga meneliti bagaimana para pembicara
atau pemakai bahasa membentuk kalimat-kalimat bahasa tersebut. Sebelum
memakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Sejalan dengan pengertian
tersebut, psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang
berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
Stuttering merupakan salah satu gangguan dalam pola bicara dimana
seseorang mengalami hambatan saat berbicara seperti mengulang atau
memperpanjang awal kata. Stuttering disebabkan oleh banyak faktor yang
menjadikan adanya gangguan pada system motoric pada otak sebagai pengendali
utama. Stuttering termasuk salah satu gangguan berbahasa yang mana tidak
adanya kesinambungan antara otak sebagai pengolah bahasa dan mulut sebagai
penyampaian bahasa. Pada penelitian ini lebih di fokuskan pada penyebab
terjadinya stuttering dan gejala terhadap penyandang stuttering.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana
penelitian berdasarkan dengan fakta dan fenomena yang berada di masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa yang menjadi
penyebab seseorang gagap dan apakah gejala yang sering ditimbulkan oleh
penyandang gagap serta adakah cara efektif untuk mengatasinya. Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara langsung terhadap studi kasus dan salah satu
orang terdekatnya. Selain itu juga didukung dengan adanya sumber sumber teori
yang digunakan untuk pelengkap data.
Hasil dari penelitian ini adalah seseorang menderita gagap disebabkan
karena adanya faktor keturunan dari keluarganya sehingga studi kasus mempunyai
kemungkinan besar menderita gagap. Selain itu terdapat trauma berat yang
dialami oleh penderita sehingga menyebabkan kegagapan semakin memburuk.
Gejala yang sering terjadi tak jauh berbeda dengan seseorang yang gagap pada
umumnya seperti pengulangan dan perpanjangan kata, selain itu gejala fisik juga
ditimbulkan ketika kondisinya stress dan tertekan. Untuk penyembuhan
menggunakan pengobatan konseling dan terapi bicara oleh ahli patologi.